Ketika Pemberontak di-skack mati Sang Khalifah


“ Mereka membaca al-Qur’an, namun tidak melewati kerongkongannya”.

Demikianlah nash hadits yang memprediksikan cikal bakal munculnya gerakan tatharruf (ekstrimis) dalam islam. Salah satu ciri kelompok ini adalah  mudah mengkafirkan kelompok lain yang bukan golongannya. Golongan ini gemar sekali melakukan tindakan anarkhis dengan mengatasnamakan agama. Mereka mudah sekali melakukan aksi pemberontakan terhadap pemerintahan yang sah. Al-Syaikh Abu Fadl Senori dalam Syarh al-Kawakib al-Lama’ah mengatakan :
فَكُلُّ مَنْ خَرَجَ عَلىَ الْاِمَامِ الْحَقِّ الَّذِي اتَّفَقَتِ الْجَمَاعَةُ عَلَيْهِ فَهُوَ خَارِجِيٌّ
Dalam konteks yang relevan hari ini, kira-kira terjemahan bebasnya begini : “ Setiap orang yang keluar dari pemerintahan yang sah sesuai hukum konstitusi yang disepakati bersama, maka Ia disebut dengan Khariji (pemberontak)”.


Pemahaman kelompok radikal ini terhadap teks-teks keagamaan terlalu dangkal. Mereka memahami teks dengan kemampuan yang sangat terbatas. Hanya mengandalkan zhahir lafadz atau makna tersuratnya saja, tanpa disertai bimbingan para guru yang sanad keilmuannya bersambung hingga Rasulullah SAW. Akibatnya, dalam beberapa persoalan mereka menyalahi suara mayoritas, al-Sawad al-A’zham atau ijma’ (konsensus) ulama’.
Ada cerita menarik dari salah seorang tokoh pemimpin islam yang sukses memimpin panji-panji kaum muslimin pada masanya.


Abu al-Abbas al-Makmun Abdullah bin Harun al-Rasyid, salah seorang khalifah dari Bani Abasiyyah (wafat 218 H.) suatu ketika dihadapkan dengan salah seorang kaum Khawarij.
“ Apa yang mendorongmu untuk berbeda dengan suara mayoritas ?, Tanya Sang Khalifah.
“ Tentu saja ada dan sangat mendasar. Allah berfirman : “ Barang siapa menghukumi tidak sesuai dengan hukum yang diturunkan Allah, maka mereka adalah kafir”, jawab orang khawarij tadi dengan mantap.


“Anda yakin kalau itu adalah firman Allah” ?, tanya Sang Khalifah.
“ Tentu. Aku sangat yakin”, jawabnya dengan sangat meyakinkan.
“ Lhoh, dari mana anda yakin kalau itu benar-benar firman Allah. Apa dalilmu ?”, ujar Khalifah al-Makmun melanjutkan pertanyaannya.
“ Ijma’ ulama’”, jawabnya tegas.
“ Nah, kamu saja percaya dengan ijma’ ulama’ dalam urusan akurasi data ayat al-Qur’an, mestinya kamu juga harus menerima kesepakatan mereka dalam urusan tafsirnya.” Inilah kata-kata super dari Khalifah al-Makmun yang begitu menohok orang khawarij tadi. Statemen Khalifah ini benar-benar membuat Si Pemberontak tidak sanggup berkata apa-apa selain mengakui kebenaran hujjah yang disampaikan Sang Khalifah.


“ Tuan Raja benar. Semoga keselamatan menyertaimu wahai Amirul Mukminin”, Pungkasnya.
سير أعلام النبلاء للحافظ الذهبي- (ج 10 / ص 280)
وقيل: أدخل خارجي على المأمون، فقال: ما حملك على الخلاف ؟ قال: قوله: (ومن لم يحكم بما أنزل الله فأولئك هم الكافرون) قال: ألك علم بأنها منزلة ؟ قال: نعم.قال: وما دليلك ؟ قال: إجماع الامة.قال: فكما رضيت بإجماعهم في التنزيل، فارض بإجماعهم في التأويل.قال: صدقت.السلام عليك يا أمير المؤمنين

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Ketika Pemberontak di-skack mati Sang Khalifah"

Post a Comment