“ Rebo Wekasan, Momentum Muhasabah”
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
اَلْحَمْدُ لِلِه الَّذِي أَمَرَنَا بِالْمُحَاسَبَةِ وَنَهَانَا عَنِ التَّشَاؤُمِ بِالْأَيَّامِ الْمَخْصُوْصَةِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلىَ سَيِّدِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ صَاحِبِ الْمُعْجِزَاتِ الْبَاهِرَةِ وَالْأَخْلَاقِ الْفَاضِلَةِ وَالْمَوَاهِبِ الَّلدُنِيَّةِ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ هُمْ هُدَاةُ الْأُمَّةِ وَعَلىَ التَّابِعِيْنَ وَالتَّابِعِيْ التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ أَمَّا بَعْدُ فَاتَّقُوْا اللهَ يَا عِبَادَ اللهِ وَحَاسِبُوْا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوْا وَاتْرُكُوْا التَّشَاؤُمَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
Hadirin sidang Jum’at yang dirahmati Allah...
Marilah kita senantiasa meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Mari kita memperbanyak muhasabah (introspeksi) diri sendiri. Tidak sibuk mengkritik dan mengorek kesalahan orang lain.
Hadirin yang dirahmati Allah...
Shofar merupakan bulan yang cukup bersejarah. Bulan di mana Allah menurunkan 300 ribu musibah yang terjadi pada satu tahun. Al-Syaikh Imam al-Dairabi berkata :
ذَكَرَ بَعْضُ الْعَارِفِيْنَ مِنْ أَهْلِ الْكَشْفِ وَالتَّمْكِيْنِ أَنَّهُ يَنْزِلُ فِي كُلِّ سَنَةٍ ثَلَاثُ مِئَةِ أَلْفِ بَلِيَّةٍ وَعِشْرُوْنَ أَلْفًا مِنَ الْبَلِيَّاتِ وَكُلُّ ذَلِكَ فِيْ يَوْمِ الْأَرْبِعَاءِ الْأَخِيْرِ مِنْ صَفَرَ فَيَكُوْنُ ذَلِكَ الْيَوْمُ أَصْعَبَ أَيَّامِ السَّنَةِ.
“ Sebagian ulama Arifin dari Ahli Kasyf menuturkan bahwa pada setiap tahunnya diturunkan 320 ribu bala’ (cobaan). Yaitu terjadi pada hari Rabu terakhir dari bulan Shafar. Pada waktu itu merupakan hari terberat dari sekian banyak di hari selama satu tahun”.
Keterangan tersebut sesungguhnya mengingatkan kepada kita agar semakin mendekatkan diri, bertaqarrub kepada Allah SWT. Menyadari kesalahan yang telah diperbuat, sudah berapa banyak kewajiban yang kita tinggalkan ?. Sudah seberapa sering kita terlena akan sebuah kema’shiyatan?. Sudah seberapa banyak saudar-saudara kita yang karena ketidakpedulian kita untuk berbagi ?. Sudah seberapa sering kita memakan daging bangkai saudara kita sendiri dengan terus menggunjing (ghibah)?.
Hadirin yang dirahmati Allah...
Bermuhasabah sesungguhnya tidak memiliki waktu tertentu. Tidak harus dilakukan pada bulan Shafar atau Rabu terakhir di dalamnya. Sesungguhnya tidak ada istilah “hari sial” dalam pandangan syari’at. Semua hari adalah sama. Kita tidak boleh berperasangka buruk (tasya’um) pada hari tertentu. Kaum Jahiliyyah dahulu memiliki mitos bahwa bulan Shafar adalah hari buruk dan sial. Kemudian Rasulullah SAW meluruskan mitos tersebut. Beliau bersabda :
لَا عَدْوَى وَلَا صَفَرَ وَلَا هَامَةَ. رواه البخاري ومسلم.
“Tidak ada penyakit menular. Tidak ada kepercayaan datangnya sial dari bulan Shafar. Tidak ada kepercayaan bahwa orang mati, rohnya menjadi burung yang terbang.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Dari keterangan hadits tersebut mengingatkan kepada kita jangan sampai meyakini bahwa Rabu Wekasan adalah hari buruk. Kita dianjurkan bermuhasabah dengan datangnya 300 ribu cobaan sebagaimana keterangan dari sebagian ahli kasyf di atas. Namun tetap harus berperasangka baik kepada Allah akan hari tersebut. Tidak meyakininya sebagai hari buruk.
Hadirin yang dirahmati Allah...
Sebagian ulama’ menganjurkan untuk melakukan amaliyah dan do’a khusus di hari “Rabu Wekasan”. Di antaranya shalat sunah mutlak sebanyak 6 raka’at. Raka’at pertama membaca al-Fatihah dan Ayat Kursi, rakaat kedua dan selanjutnya membaca surat al-Fatihah dan surat al-Ikhlash. Kemudian membaca shalawat kepada baginda Rasulullah SAW dengan bagaimanapun bentuk shighatnya, Serta diakhiri dengan membaca do’a sebagai berikut :
اللهم إنِّي أَسْأَلُكَ بِأَسْمَائِكَ الْحُسْنَى وَبِكَلِمَاتِكَ التَّامَّاتِ وَبِحُرْمَةِ نَبِيِّكَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ تَحْفَظَنِيْ وَأَنْ تُعَافِيَنِيْ مِنْ بَلَائِكَ يَا دَافِعَ الْبَلَايَا يَا مُفَرِّجَ الْهَمِّ وَيَا كَاشِفَ الْغَمِّ اكْشِفْ عَنِّي مَا كُتِبَ عَلَيَّ فِي هَذِهِ السَّنَةِ مِنْ هَمٍّ أَوْ غَمٍّ إِنَّكَ عَلىَ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٍ وَصَلىَّ اللهُ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا
Hadirin yang dirahmati Allah...
Demikianlah kita memaknai momentum di bulan Shafar, lebih khususnya “Rabu Wekasasan”. Terlepas dari perbedaan ulama mengenai legalitas shalat pada hari tersebut, yang paling penting adalah bagaimana kita dapat mengambil hikmahnya dengan semakin meningkatkan kualitas ibadah kita. Baik yang bersifat ubudiyyah mahdloh yang berkaitan dengan penghambaan di hadapan Allah secara khusus atau ibadah ghairu mahdloh yang kaitannya dengan interaksi sosial. Perbedaan ulama tersebut jangan sampai menjadikan kita terpecah belah. Kita harus saling menghargai pendapat masing-masing, tanpa saling menyalahkan dan menyesatkan. Serta tidak memaksa pihak lain untuk mengikuti pendapat kita.
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ وَنَضَعُ الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا وَإِن كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا وَكَفَى بِنَا حَاسِبِينَ بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتِلَاوَتِهِ إِنَّهُ تَعَالَى هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
0 Response to "Rebo Wekasan"
Post a Comment