Kata Siapa Rasulullah tidak nasionalis ?



Kata Siapa Rasulullah tidak nasionalis ?
Mencintai tanah air sebenarnya dari sejak dulu telah diajarkan Rasulullah. Berikut ini beberapa bukti ilmiahnya.
Dalam hadits riwayat Imam al-Bukhari disebutkan :

كَانَ إِذَا قَدِمَ مِنْ سَفَرٍ فَنَظَرَ إِلَى جُدْرَانِ الْمَدِينَةِ أَوْضَعَ رَاحِلَتَهُ وَإِنْ كَانَ عَلَى دَابَّةٍ حَرَّكَهَا مِنْ حُبِّهَا
"Saat Rasulullah hendak kembali dari bepergian dan melihat dinding kota Madinah, Beliau mempercepat jalannya kendaraan yang dinaikinya. Bahkan beliau sampai menggerak-gerakannya karena kecintaan beliau terhadap Madinah. " (H.R. Bukhari).

Terkait hadits tersebut, al-Syaikh al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani dalam Fath al-Bari memberikan komentar :
وَفِي الْحَدِيْثِ دَلَالَةٌ عَلىَ فَضْلِ الْمَدِيْنَةِ وَعَلىَ مَشْرُوْعِيَّةِ حُبِّ الْوَطَنِ وَالْحَنِيْنِ إِلَيْهِ
Di dalam hadits ini menunjukan keutamaan Madinah dan disyari’atkannya cinta tanah air serta kerinduan terhadapnya “.

Suatu ketika Rasulullah keluar dari gua di malam hari. Lalu beliau melanjutkan perjalanannya menuju Madinah dengan melewati jalur alternatif. Hal tersebut beliau lakukan untuk menghilangkan jejak dari kejaran kaum musyrikin. Setelah dirasa aman, beliau kembali lagi melewati jalur normal (utama). Di tengah perjalanannya tersebut, Beliau sempat beristirahat sejenak di daerah al-Juhfah -kota di antara Mekah dan Madinah-. Di sela-sela waktu istirahatnya, Beliau terus memandangi jalan menuju Mekah, sebagai ekspresi akan kerinduan yang mendalam Baginda Rasul akan tanah airnya itu. Malaikat Jibril yang mengetahui dahaga kerinduan Rasulullah terhadap kota Mekah kemudian datang menghampiri. "Apakah engkau merindukan daerah dan tanah kelahiranmu?." Tanya Jibril menghibur. Rasulullah menjawab: "ya". Lalu turunlah ayat:
إِنَّ الَّذِي فَرَضَ عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لَرَادُّكَ إِلَى مَعَادٍ
"Sesungguhnya yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) al-Quran, benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali (Mekah)." (Q.S. al-Qashâsh: 85).

Al-Syaikh Isma’il Haqqi al-Nazili dalam karyanya “Ruh al-Bayan” memberikan tafsir dari ayat tersebut dengan mengatakan :
وَفِي تَفْسِيْرِ اْلآيَةِ إِشَارَةٌ إِلىَ أَنَّ حُبَّ الْوَطَنِ مِنَ اْلِإيْمَانِ وَكاَنَ عَلَيْهِ السَّلَامُ يَقُوْلُ كَثِيْراً الْوَطَنَ الْوَطَنَ فَحَقَّقَ اللهُ سُؤْلَهُ
Di dalam tafsirnya ayat memberikan petunjuk bahwa sesungguhnya cinta tanah air merupakan bagian dari iman. Rasulullah telah berulang kali menyampaikan kerinduannya terhadap Mekah dengan mengatakan “duhai tanah airku, duhai tanah airku”. Hingga Allah mengabulkan permintaan kekasih-Nya tersebut (untuk bisa mengunjungi Mekah)”.

Dalam salah satu atsar dari Sayyidina Umar bin al-Khatab dikatakan :
لَوْلَا حُبُّ الْوَطَنِ لَخَرُبَ بَلَدُ السُّوْء فَبِحُبِّ الْاَوْطَانِ عُمِرَتِ اْلبُلْدَانُ
Seandainya tidak ada cinta tanah air, niscaya akan semakin hancur sebuah daerah yang terpuruk. Maka dengan cinta tanah air, sebuah daerah akan menjadi lebih maju”.

Dalam salah satu pidatonya di Alexandria cendekiawan muslim Mushtafa Kamil mengatakan:
قَدْ يَظُنُّ أَنَّ الدِّيْنَ يُنَافِي الْوَطَنِيَّةَ أَوْ أَنَّ الدَّعْوَةَ إِلىَ الدِّيْنِ لَيْسَتْ مِنَ الْوَطَنِيَّةِ فِي شَيْءٍ. وَلَكِنِّي أَرَى أَنَّ الدِّيْنَ وَالْوَطَنِيَّةَ تَوْأَمَانِ مُتَلَازِمَانِ وَأَنَّ الرَّجُلَ الَّذِيْ يَتَمَكَّنُ الدِّيْنُ مِنْ فُؤاَدِهِ يُحِبُّ وَطَنَهُ حُبًّا صَادِقاً وَيُغَذِّيْهِ بِرُوْحِهِ وَمَا تَمْلِكُ يَدَاهُ
“Sebagian kalangan menganggap bahwa agama bertentangan dengan sikap nasionalisme. Menurutku, semangat dakwah Islam dan nasionalisme merupakan dua hal yang berkesinambungan satu sama lain. Sesungguhnya seseorang yang di hatinya telah meresap nilai-nilai Islam sudah pasti akan mencintai tanah airnya dengan tulus dan mengerahkan segenap kemampuan yang dimiliki untuk kemajuan bangsanya.”

Bagaimana saudara-saudaraku ?. Masihkah engkau meragukan semangat nasionalisme ? Ataukah masih terus dalam bayang-bayang semu menciptakan khilafah?.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kata Siapa Rasulullah tidak nasionalis ?"

Post a Comment