JAWABAN DIPLOMATIS

Syaikh Ibnu al-Jauzi yang tengah menyampaikan khutbah, didatangi dua kelompok besar, Asya’irah dan Syi’ah. Masing-masing membawa pedang seperti layaknya orang mau berperang. Kaum Asya’irah lebih mengutamakan Abu Bakr al-Shiddiq. Sementara kelompok Syi’ah lebih mengunggulkan Ali bin Abi Thalib.
Dua kelompok ini hendak meminta fatwa kepada Syaikh Ibnu al-Jauzi mengenai perselisihan di antara mereka.
 “ Siapa yang lebih utama, lebih dekat dan lebih dicintai di mata Rasulullah SAW wahai Syaikh, Abu Bakr atau Ali?.”, demikian pertanyaan yang terlontar.
Pertanyaan yang sangat sulit dijawab oleh Ibnu al-Jauzi. Jika dikatakan Abu Bakr yang lebih utama, pasti orang Syi’ah marah. Jika dijawab Ali lebih mulia, kelompok Asya’irah yang tidak terima.
Ibnu al-Jauzi sejenak berfikir untuk menemukan jalan keluar dari situasi dilematis yang menimpanya. Setelah berfikir, beliau menemukan jawabannya. Inilah jawaban diplomatis Ibnu al-Jauzi :
اَلْأَفْضَلُ مَنْ كَانَتْ بِنْتُهُ تَحْتَهُ
“ Yang paling utama adalah dia yang puterinya menjadi istrinya”.
Sebuah jawaban yang sangat cerdik. Baik Asya’irah maupun Syi’ah masing-masing dapat menerimanya. Asya’irah menafsiri statemen Ibnu al-Jauzi di atas dengan Abu Bakr. Sebab Aisyah yang tidak lain adalah puteri Abu Bakr menjadi istri Rasulullah. Demikian pula dengan Syi’ah, mereka sangat puas dengan fatwa Ibnu al-Jauzi. Menurut mereka, jawaban Ibnu al-Jauzi di atas mengarah kepada Ali bin Abi Thalib. Sebab, Fathimah yang merupakan puteri Nabi adalah istri Ali. (al-Fawaid al-Mukhtarah hal. 89).
Demikianlah selayaknya seorang publik figur bersikap. Fatwanya benar-benar dapat mencerahkan umat.



Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "JAWABAN DIPLOMATIS"

Post a Comment