Pada konferensi ulama Thariqah yang mengangkat tema “Bela Negara, Konsep dan Urgensinya” kemarin, 15 Januari 2016 M di hotel Santika-Pekalongan, Para pembicara yang terdiri dari ulama shufi dari berbagai belahan dunia menyampaikan begitu pentingnya membela bangsa dan negara. Acara yang dihelat oleh Jam’iyyah Thariqah al-Muktabaroh al-Nahdliyyah (JATMAN) pimpinan Maulana al-Habib Muhammad Lutfi bin Ali bin Yahya ini berlangsung selama tiga jalsah, mulai pukul 08.00 WIB sampai pukul 22.00 WIB. Acara tersebut juga dihadiri oleh mursyid Thariqah se-Indonesia, aparat pemerintahan, TNI, Polri, polisi dan para utusan dari berbagai institusi pendidikan baik dari pesantren maupun universitas.
Sebagai pembicara pertama, Syaikh Adnan al-Afiyuni seorang mufti Syafi’iyyah dari Damaskus Syria menyampaikan beberapa hal sebagai berikut :
1. Beliau mengutuk dengan keras terhadap aksi teror yang terjadi di Jl. Thamrin – Jakarta, Kamis 14 Januari 2016. Kita menolaknya. Mereka mengklaim bahwa tindakan anarkhis tersebut sesuai dengan islam, padahal Rasulullah SAW tidak mengajarkannya. Aksi teror tersebut sama sekali tidak mencerminkan nilai-nilai keislaman. Islam datang tidak untuk merusak, namun untuk membangun.
2. Bela negara telah ditanamkan dan ditekankan Rasulullah SAW. Banyak beberapa dalil yang menyebutkan betapa beliau sangat mencintai tanah airnya. Terdapat relasi yang kuat antara Rasulullah dan tanah airnya. Bisa kita baca dalam beberapa hadits bagaimana beliau Nabi melindungi Madinah dari berbagai ancaman yang dapat merusak stabilitas negara. Betapa Rasulullah mencintai Mekah dan sangat merindukannya ketika beliau sudah hijrah ke Madinah.
3. Bela negara tidak hanya sebatas fisik. Tidak sebatas berbentuk melawan serangan musuh, menjaga batas teritorial atau mewujudkan keamanan seluruh warga negara saja. Namun lebih luas dari itu. Bela negara adalah membangun solidaritas, kemakmuran, pendidikan, ekonomi, peradaban dan rasa saling memiliki terhadap sebuah negara.
4. Negara tidak hanya berupa tanah dan air. Tapi negara adalah masa depan. Negara adalah cinta manusia dengan yang lain. Negara adalah cita-cita dan harapan. Di saat seseorang tanah airnya berwarna merah berlumuran darah, seluruh penjuru negara menjadi sarang burung gagak kematian dan kehancuran, maka Ia akan mengetahui betapa pentingnya nilai sebuah negara.
5. Beliau juga menyampaikan betapa kita sebagai umat islam harus lebih banyak berbenah. Mengapa negara barat maju, produktif ? padahal kita memiliki SDM yang cerdas. Kita memiliki syari’ah dan konsep yang cerdas. Ada banyak PR, bahwa kita harus belajar. Berusaha dengan baik, bercocok tanam, mengembangkan pendidikan dan lain-lain. Ini membutuhkan kerja sama antar warga negara. Kita perlu mengokohkan tanggung jawab untuk negara. Apa peran kita pada hal tersebut ?. apa yang sudah kita lakukan ?. Tsaqafah, ulama, dan pendidikan sangat penting. Kita memiliki tanggung jawab terhadap hal tersebut. Ketika negara mulia, maka masyarakat akan mulia. Lembaga pendidikan harus mengusahakan ke arah situ. Kita berupaya bersama membela negara dari berbagai hal yang merongrong stabilitas. Kita tidak boleh mengikuti agen-agen asing secara buta.
Dalam season tanya jawab, setidaknya ada tiga pertanyaan yang diarahkan kepada Syaikh Adnan.
Pertama, mengenai kesahihan hadits “Hubbu al-Wathan minal Iman”, beliau menuturkan bahwa kalimat tersebut adalah hadits maudlu’. Tidak sah dinisbatkan kepada Rasulullah SAW. Akan tetapi secara kandungan makna adalah benar.
Kedua, mengenai dari mana kita harus memulai belajar. Dari fiqh, akidah, tasawuf ataukah ilmu-ilmu yang lain?. Beliau menyampaikan bahwa untuk memulai belajar idealnya diawali dengan menciptakan lingkungan yang islami dari berbagai aspek kehidupan. Bagaimana seorang anak sebelum masuk bangku sekolah sudah diajarkan adab, etika, syari’at dan lain-lain oleh orang tuanya.
Ketiga, mengenai konflik yang terjadi di negara beliau, Syria. Syaikh Adnan menuturkan bahwa rakyat Indonesia harus banyak belajar dan mengambil hikmah atas perpecahan yang melanda Suriah.
Rakyat Indonesia harus bersatu. Jangan mengadu domba antar ulama. Memisahkan ulama dan pemerintah. Jangan mudah terprovokasi oleh propaganda yang dapat memecah belah umat. Setiap persoalan yang muncul, hendaknya diselesaikan dengan musyawarah. Duduk bersama berdialog dan bermuhawarah mencapai sebuah kedamaian. Tidak perlu melakukan aksi demonstrasi yang tidak ada faidahnya. Banyak demo justru semakin memperkeruh suasana serta banyak menghabiskan biaya.
0 Response to "URGENSI BELA NEGARA MENURUT ULAMA THARIQAH INTERNASIONAL"
Post a Comment